Apa yang kamu pahami dengan bertumbuh sebagai keluarga Allah? Bertumbuh sebagai keluarga Allah berarti keluarga bertumbuh di dalam Kristus yang mempunyai makna lebih mengenali Dia, lebih mengasihi, dan menaati-Nya. Keluarga Kristen merupakan pusat dan tujuan dari perjanjian Allah, yakni untuk menjadi saksi bagi dunia. Karena itu di dalam anugerah Allah, kita sebagai anggota keluarga Kristen harus melakukan yang terbaik dalam membangun keluarga yang berkenan kepada Allah. Keluarga yang berkenan kepada-Nya adalah keluarga yang berakar, bertumbuh, dan berbuah di dalam Kristus. Seperti pengajaran Tuhan Yesus yang menggambarkan bahwa Allah memiliki tujuan yang jelas bagi setiap manusia ciptaan-Nya termasuk keluarga, yaitu agar umat manusia bertumbuh, lalu menghasilkan buah Yoh. 151-8.Untuk bertumbuh dan menghasilkan buah yang berkualitas, diperlukan akar yang kokoh yang mampu memberikan asupan yang baik bagi pertumbuhan. Mari kita pahami penjelasannya satu per Berakar Berakar menunjuk pada pohon dan tanaman lain yang akarnya tertancap jauh di dalam tanah. Akar berfungsi untuk memungkinkan tanaman bertahan hidup dan untuk memperkuat atau memperkokoh berdirinya satu tanaman. Sama halnya dengan keluarga yang berakar dalam Kristus, sumber kehidupan. Keluarga yang mendasarkan dan menjadikan Kristus sebagai fondasi dalam kehidupan keluarga serta membiarkan Kristus menjadi Kepala keluarga yang memimpin kehidupan keluarga. Dengan demikian, keluarga akan mampu menghadapi setiap persoalan hidup yang menerpanya. Keluarga yang berakar dalam Kritus juga berarti menjadikan frman Allah sebagai tempat tinggal keluarga, dan menyampaikan pengalaman atau kesaksian iman para leluhur kepada anggota keluarganya. b. Bertumbuh Tanaman dikatakan bertumbuh apabila ia menampakkan perubahan. Kunci untuk bertumbuh bagi keluarga Kristen adalah mempelajari frman Tuhan, memperkatakan frman Tuhan, dan melakukan frman Tuhan dalam hidup sehari-hari. Beberapa aspek pertumbuhan dalam keluarga Keluarga sebagai tempat bernaung kudus, artinya keluarga harus bersikap kritis dan menolak terhadap nilai-nilai yang merusak budaya keluarga. Keluarga yang menyambut kehadiran Allah dalam kehidupan sehari-hari, misalnya, menghadirkan simbol atau objek yang dapat mengingatkan kehadiran Allah salib, gambar Kristen, lagu rohani, dan lain-lain. Keluarga yang mencari tuntunan Allah yang dilakukan dalam berbagai pertemuan dan kebaktian keluarga. Keluarga yang menopang kehidupan religius/rohani masing-masing anggota keluarga. Terdapat hambatan yang menyebabkan orang tidak bertumbuh, yaitu banyak orang Kristen datang beribadah dan sangat senang mendengar khotbah, namun hanya sekadar untuk kepuasan intelektual, tanpa memiliki sukacita dan kerinduan yang besar untuk mempraktikkannya dalam kehidupan. Hambatan lain adalah responsnya terhadap frman Berbuah Seperti pohon yang menghasilkan buah, kehidupan keluarga kita pun harus menghasilkan buah kalau kita sudah berakar dan bertumbuh sebagai keluarga Allah. Buah yang dikehendaki Allah untuk dihasilkan oleh keluarga adalah melakukan kehendak-Nya sehingga keluarga menjadi kesaksian bagi sesama di dunia ini. Buah yang dihasilkan dalam keluarga dapat berupa Pencerminan kasih kepada Allah dalam kehidupan keluarga, sebagai perwujudan nyata realisasi keluarga Allah; penerimaan dan komitmen dalam keluarga untuk saling mengasihi tanpa syarat; serta pengukuhan dan dorongan antaranggota keluarga untuk menemukan kelebihan dan bakat masing-masing sebagai karunia bertumbuh, dan berbuah di dalam Kristus adalah suatu hal yang diinginkan Tuhan terjadi pada setiap manusia ciptaan-Nya, termasuk keluarga. Individu dan keluarga tidak dapat bertumbuh dan berbuah kalau tidak berakar di dalam Kristus. Bertumbuh dalam hubungan dengan Kristus mempunyai makna lebih mengenali Dia, lebih mengasihi, dan menaati-Nya. Bertumbuh sebagai keluarga Allah berarti bertumbuh dalam pengenalan akan Allah melalui karya-Nya, frman-Nya, dan pengorbanan Anak-Nya sebagai korban tebusan keselamatan bagi umat manusia.
Pendahuluan Kebenaran yang sangat penting tentang keluarga: 1) Penting kita ketahui bahwa keluarga adalah 'institusi' pertama yang didirikan Allah, bukan Gereja, bukan sekolah, dll (Kej.2:18-25). 2) Keluarga Kristen di dunia merupakan pusat dan tujuan dari perjanjian Allah (as the center of God's covenant purpose). Tanggung Jawab Orang Tua Tanggung jawab apa yang suami dan istri tanggung bersama dalam membesarkan anak-anak mereka? Setiap orang memiliki kedudukan yang penting dalam keluarganya. Melalui para nabi Tuhan telah menjelaskan bagaimana hendaknya perilaku dan perasaan para ayah, ibu, dan anak terhadap satu sama lain. Sebagai suami, istri, dan anak, kita perlu mempelajari apa yang Tuhan harapkan untuk kita lakukan untuk memenuhi tujuan kita sebagai sebuah keluarga. Jika kita semua melakukan bagian kita, kita akan dipersatukan secara kekal. Dalam tanggung jawab kudus peran sebagai orang tua, “para ayah dan ibu berkewajiban untuk saling membantu sebagai pasangan yang setara” “Keluarga Pernyataan kepada Dunia,” Liahona, Oktober 2004, 49. Mereka hendaknya bekerja bersama untuk memenuhi kebutuhan rohani, emosi, intelektual, dan jasmani keluarga. Beberapa tanggung jawab haruslah dipikul bersama oleh suami dan istri. Orang tua hendaknya mengajarkan Injil kepada anak-anak mereka. Tuhan memperingatkan bahwa jika orang tua tidak mengajari anak-anak mereka tentang iman, pertobatan, pembaptisan, dan karunia Roh Kudus, dosa akan dipikulkan ke atas kepala orang tua. Orang tua hendaknya juga mengajari anak-anak mereka untuk berdoa dan untuk mematuhi perintah-perintah Tuhan lihat A&P 6825, 28. Salah satu cara terbaik orang tua dapat mengajari anak-anak mereka adalah melalui teladan. Suami dan istri hendaknya memperlihatkan kasih dan rasa hormat terhadap satu sama lain dan terhadap anak-anak mereka melalui baik tindakan maupun perkataan. Adalah penting untuk mengingat bahwa setiap anggota keluarga adalah anak Allah. Orang tua hendaknya memperlakukan anak-anak mereka dengan kasih dan hormat, bersikap tegas namun baik hati terhadap mereka. Orang tua hendaknya memahami bahwa kadang-kadang anak-anak akan membuat pilihan yang salah bahkan setelah mereka diajari kebenaran. Ketika hal ini terjadi, orang tua hendaknya tidak menyerah. Mereka hendaknya terus mengajari anak-anak mereka, menyatakan kasih bagi mereka, menjadi teladan yang baik bagi mereka, serta berpuasa dan berdoa bagi mereka. Kitab Mormon memberi tahu kita bagaimana doa-doa seorang ayah menolong putranya, yang pemberontak, kembali ke jalan Tuhan. Alma yang Muda telah menjauh dari ajaran-ajaran ayahnya yang saleh, Alma, dan berusaha untuk menghancurkan Gereja. Sang ayah berdoa dengan iman bagi putranya. Alma yang Muda dikunjungi oleh seorang malaikat dan bertobat dari jalan hidupnya yang sesat. Dia menjadi seorang pemimpin Gereja yang hebat lihat Mosia 278–32. Orang tua dapat menyediakan suasana kekhidmatan dan rasa hormat dalam rumah jika mereka mengajari dan membimbing anak-anak mereka dalam kasih. Orang tua hendaknya juga menyediakan pengalaman-pengalaman yang bahagia bagi anak-anak mereka. Bagaimana para suami dan istri dapat saling mendukung dalam peranan mereka? Ke mana para orang tua tunggal dapat berpaling meminta bantuan? Tanggung Jawab Ayah Apa teladan positif yang telah Anda lihat dari para ayah yang membesarkan anak-anak mereka? “Berdasarkan rancangan ilahi, para ayah hendaknya memimpin keluarga mereka dengan kasih dan kebenaran, serta bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan hidup dan perlindungan bagi keluarganya” Liahona, Oktober 2004, 49. Seorang ayah yang layak yang adalah anggota Gereja memiliki kesempatan untuk memegang imamat, yang menjadikannya pemimpin keimamatan keluarganya. Dia hendaknya membimbing keluarganya dalam kerendahan hati dan kebaikan alih-alih dengan paksaan atau kekejaman. Tulisan suci mengajarkan bahwa mereka yang memegang imamat hendaknya memimpin orang lain melalui bujukan, kelembutan, kasih, dan kebaikan hati lihat A&P 12141–44; Efesus 64. Ayah berbagi berkat-berkat keimamatan dengan anggota keluarganya. Ketika seorang pria memegang Imamat Melkisedek, dia dapat berbagi berkat-berkat ini dengan melayani yang sakit dan memberikan berkat-berkat imamat yang khusus. Di bawah arahan seorang pemimpin imamat ketua, dia dapat memberkati bayi, membaptis, menetapkan, serta melaksanakan tata cara keimamatan. Dia hendaknya memberikan teladan yang baik bagi keluarganya dengan menaati perintah-perintah. Dia hendaknya juga memastikan keluarga berdoa bersama dua kali sehari dan mengadakan malam keluarga. Ayah hendaknya meluangkan waktu dengan setiap anak secara individu. Dia hendaknya mengajari anak-anaknya asas-asas yang benar, berbicara dengan mereka mengenai masalah dan keprihatinan mereka, serta menasihati mereka dengan penuh kasih. Beberapa teladan yang baik ditemukan dalam Kitab Mormon lihat 2 Nefi 114–325; Alma 36–42. Adalah juga tugas ayah untuk menyediakan kebutuhan jasmani keluarganya, dengan memastikan mereka memiliki makanan, tempat tinggal, pakaian, dan pendidikan yang dibutuhkan. Bahkan jika dia sendiri tidak dapat menyediakan semua kebutuhan itu, dia tidak boleh mengalihkan tanggung jawab atas pemeliharaan keluarganya. Tanggung Jawab Ibu Apa teladan positif yang telah Anda lihat dari para ibu yang membesarkan anak-anak mereka? Presiden David O. McKay mengatakan bahwa peran sebagai ibu adalah pemanggilan yang paling mulia lihat Ajaran-Ajaran Presiden Gereja David O. McKay [2003], 186. Itu merupakan sebuah pemanggilan sakral, suatu kerekanan dengan Allah dalam mendatangkan anak-anak roh-Nya ke dalam dunia. Melahirkan anak-anak merupakan salah satu yang terbesar dari semua berkat. Jika tidak ada seorang ayah di rumah, ibulah yang memimpin keluarga tersebut. Presiden Boyd K. Packer memuji para wanita yang tidak dapat memiliki anak-anak mereka sendiri namun berusaha untuk merawat orang lain. Dia mengatakan “Ketika saya berbicara tentang para ibu, saya berbicara bukan hanya tentang para wanita yang telah melahirkan anak-anak, namun juga tentang mereka yang telah mengasuh anak-anak yang dilahirkan orang lain, dan tentang banyak wanita yang, tanpa memiliki anak mereka sendiri, telah menjadi ibu bagi anak-anak orang lain” Mothers [1977], 8. Para nabi zaman akhir telah mengajarkan, “Para ibu terutama bertanggung jawab untuk mengasuh anak-anak mereka” Liahona, Oktober 2004, 49. Seorang ibu perlu meluangkan waktu bersama anak-anaknya dan mengajari mereka Injil. Dia hendaknya bermain dan bekerja bersama mereka agar mereka dapat menyingkapkan dunia di sekitar mereka. Dia juga perlu membantu keluarganya tahu bagaimana menjadikan rumah sebuah tempat yang menyenangkan. Jika dia hangat dan penuh kasih, dia menolong anak-anaknya merasa baik mengenai diri mereka sendiri. Kitab Mormon menjabarkan tentang sebuah kelompok yang terdiri dari remaja putra yang bangkit menjadi hebat karena ajaran ibu mereka lihat Alma 5316–23. Dipimpin oleh Nabi Helaman, mereka pergi berperang melawan musuh mereka. Mereka telah belajar untuk menjadi jujur, berani, dan dapat dipercaya dari ibu mereka. Ibu mereka juga mengajarkan kepada mereka bahwa jika mereka tidak ragu, Allah akan membebaskan mereka lihat Alma 5647. Mereka semua selamat dalam peperangan. Mereka mengungkapkan iman pada ajaran-ajaran ibu mereka, dengan mengatakan, “Kita tidak meragu-ragukan, dan ibu kita mengetahuinya” Alma 5648. Setiap ibu yang memiliki kesaksian dapat memiliki dampak yang besar terhadap anak-anaknya. Tanggung Jawab Anak-Anak Bagaimana anak-anak menolong orang tua mereka membangun sebuah rumah tangga yang bahagia? Anak-anak berbagi dengan orang tua mereka tanggung jawab dalam membangun sebuah rumah tangga yang bahagia. Mereka hendaknya mematuhi perintah-perintah dan bekerja sama dengan anggota keluarga lainnya. Tuhan tidak senang ketika anak-anak bertengkar lihat Mosia 414. Tuhan telah memerintahkan anak-anak untuk menghormati orang tua mereka. Dia berfirman, “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu” Keluaran 2012. Menghormati orang tua artinya mengasihi dan menghargai mereka. Itu juga berarti mematuhi mereka. Tulisan suci memberi tahu anak-anak untuk “[menaati] orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian” Efesus 61. Presiden Spencer W. Kimball mengatakan bahwa anak-anak hendaknya belajar untuk bekerja dan berbagi tanggung jawab di rumah dan di kebun. Mereka hendaknya diberi tugas untuk menjaga rumah rapi dan bersih lihat Ajaran-Ajaran Presiden Gereja Spencer W. Kimball [2006], 146. Apa yang hendaknya anak-anak lakukan untuk menghormati dan menghargai orang tua mereka? Apa yang orang tua Anda lakukan yang menuntun Anda untuk menghormati dan menghargai mereka? Menerima Tanggung Jawab Mendatangkan Berkat Apa yang dapat setiap anggota keluarga lakukan untuk menjadikan rumah sebuah tempat yang bahagia? Sebuah keluarga yang penuh kasih dan bahagia tidak terjadi secara kebetulan. Setiap orang dalam keluarga itu haruslah melakukan bagiannya. Tuhan telah memberi tanggung jawab baik kepada orang tua maupun anak-anak. Tulisan suci mengajarkan bahwa kita harus bijaksana, gembira, dan bertimbang rasa terhadap orang lain. Ketika kita berbicara, berdoa, menyanyi, atau bekerja bersama, kita dapat menikmati berkat-berkat keharmonisan dalam keluarga kita lihat Kolose 3. Apa beberapa tradisi dan praktik yang dapat menjadikan rumah sebuah tempat yang bahagia? Tulisan Suci Tambahan dan Sumber Lainnya Amsal 226 didiklah anak Efesus 61–3 anak-anak harus mematuhi orang tua A&P 6825–28; Efesus 64 tanggung jawab orang tua “Keluarga Pernyataan kepada Dunia,” tersedia di dan di banyak terbitan Gereja, termasuk Liahona, Oktober 2004, hlm. 49; Untuk Kekuatan Remaja [nomor bahan 36550 299], hlm. 44; dan Teguh pada Iman [nomor bahan 36863 299], hlm. 76–77 Buku Penuntun Keluarga nomor bahan 31180 299 30 85. 472. Salah satu watak bawaan manusia sejak diciptakan Allah Ta’ala adalah kecenderungan untuk selalu meniru dan mengikuti orang lain yang dikaguminya, baik dalam kebaikan maupun keburukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “الأرواح جنود مجندة، فما تعارف منها ائتلف وما Rencana Allah Bapa bagi Keluarga Kekal-Nya Keluarga Prafana Allah Keluarga ditetapkan oleh Allah. Itu adalah unit paling penting untuk sekarang dan selama-lamanya. Bahkan sebelum kita dilahirkan di bumi, kita adalah bagian dari sebuah keluarga. Kita masing-masing “adalah putra atau putri roh terkasih dari orangtua surgawi” dengan “sifat dan tujuan ilahi” “Keluarga Pernyataan kepada Dunia,” Ensign November 1995, 102. Allah adalah Bapa Surgawi kita, dan kita tinggal di hadirat-Nya sebagai bagian dari keluarga-Nya dalam kehidupan prafana. Di sana kita mempelajari pelajaran-pelajaran pertama kita dan dipersiapkan untuk kefanaan lihat A&P 13856. Tujuan Kefanaan Karena kasih Allah bagi kita, Dia mempersiapkan sebuah rencana yang mencakup kedatangan kita ke bumi, tempat kita akan menerima tubuh dan diuji supaya kita dapat maju dan menjadi lebih seperti Dia. Rencana ini disebut “rencana keselamatan” Alma 2414, “rencana kebahagiaan yang besar” Alma 428, dan “rencana penebusan” Alma 1225; lihat juga ayat 26–33. Tujuan rencana Allah adalah untuk menuntun kita menuju kehidupan kekal. Allah menyatakan, “Inilah pekerjaan-Ku dan kemuliaan-Ku—untuk mendatangkan kebakaan dan kehidupan kekal bagi manusia” Musa 139. Kehidupan kekal adalah karunia terbesar Allah bagi anak-anak-Nya lihat A&P 147. Itu adalah permuliaan dalam tingkat tertinggi kerajaan selestial. Melalui rencana keselamatan, kita dapat menerima berkat kembali ke hadirat Allah ini dan menerima kegenapan sukacita. Pendamaian Yesus Kristus Untuk memperoleh permuliaan dalam kerajaan Allah, kita harus mengatasi dua rintangan kefanaan kematian dan dosa. Karena kita tidak dapat mengatasi satu pun dari rintangan ini oleh diri kita sendiri, Bapa Surgawi mengutus Putra-Nya, Yesus Kristus, untuk menjadi Juruselamat dan Penebus kita. Kurban pendamaian Juruselamat memungkinkan bagi semua anak Allah untuk mengatasi kematian jasmani, dibangkitkan, dan memperoleh kebakaan. Pendamaian juga memungkinkan bagi mereka yang bertobat dan mengikuti-Nya untuk mengatasi kematian rohani, kembali ke hadirat Allah untuk berdiam bersama-Nya, dan mendapatkan kehidupan kekal lihat A&P 453–5. Peranan Keluarga dalam Rencana Allah Sebagai bagian dari rencana Bapa Surgawi, kita dilahirkan ke dalam keluarga-keluarga. Dia menetapkan keluarga-keluarga untuk mendatangkan kebahagiaan kepada kita, untuk membantu kita belajar asas-asas yang benar dalam suasana penuh kasih, dan mempersiapkan kita bagi kehidupan kekal. Orangtua memiliki tanggung jawab yang sangat penting untuk menolong anak-anak mereka mempersiapkan diri kembali kepada Bapa Surgawi. Orangtua memenuhi tanggung jawab ini dengan mengajar anak-anak mereka untuk mengikuti Yesus Kristus dan menjalankan Injil-Nya. Peranan Gereja Gereja menyediakan organisasi dan sarana untuk mengajarkan Injil Yesus Kristus kepada semua anak Allah. Gereja menyediakan wewenang imamat untuk melaksanakan tata cara-tata cara keselamatan dan permuliaan kepada semua orang yang layak dan bersedia untuk menerimanya. Kembali kepada Bapa Injil Yesus Kristus Rencana keselamatan adalah kegenapan Injil. Rencana itu mencakup Penciptaan, Kejatuhan, Pendamaian Yesus Kristus, dan semua hukum, tata cara, serta ajaran Injil. Itu menyediakan cara bagi kita untuk mengalami sukacita dalam kefanaan lihat 2 Nefi 225 dan juga berkat kehidupan kekal. Melalui Pendamaian Yesus Kristus, kita dapat dibersihkan dan dikuduskan dari dosa dan mempersiapkan diri masuk kembali ke hadirat Bapa Surgawi kita. Untuk menerima berkat ini, kita harus mengikuti asas dan tata cara Injil lihat Pasal-Pasal Kepercayaan 13. Kita harus Menjalankan iman kepada Tuhan Yesus Kristus, Putra Tunggal Allah. Berpaling kepada Allah melalui pertobatan yang tulus, mengalami perubahan hati serta mengakui dan meninggalkan dosa. Menerima tata cara yang menyelamatkan melalui pembaptisan untuk pengampunan atas dosa-dosa. Dikukuhkan sebagai anggota Gereja dan menerima karunia Roh Kudus melalui penumpangan tangan. Bertahan sampai akhir dengan menaati perjanjian-perjanjian sakral. Asas-asas ini telah diajarkan sejak zaman Adam. Sewaktu kita sampai pada pemahaman dan memercayai kebenaran-kebenaran ini serta memperoleh kesaksian yang teguh mengenai Yesus Kristus, kita berusaha untuk mematuhi perintah-perintah-Nya dan ingin berbagi berkat-berkat kita dengan keluarga kita serta orang-orang lain lihat 1 Nefi 89–37. Dengan landasan kesaksian yang kuat ini, unsur-unsur lain dari kegiatan Gereja mengikuti secara alami. Pertumbuhan rohani pribadi terjadi sewaktu kita mendekat kepada Allah melalui doa, penelaahan tulisan suci, perenungan, dan kepatuhan. Nefi mengajarkan “Setelah kamu memasuki jalan yang sesak dan sempit ini, aku hendak bertanya apakah semuanya telah dilakukan? Lihatlah, aku berkata kepadamu Belum; karena kamu tidak datang sejauh ini kecuali melalui firman Kristus dengan iman yang tak terguncangkan kepada-Nya, bersandar seutuhnya pada jasa Dia yang perkasa untuk menyelamatkan. Karenanya, kamu mesti maju terus dengan ketabahan di dalam Kristus, memiliki kecemerlangan harapan yang sempurna, dan kasih bagi Allah dan bagi semua orang. Karenanya, jika kamu akan maju terus, mengenyangkan diri dengan firman Kristus, dan bertahan sampai akhir, lihatlah, demikian firman Bapa Kamu akan memperoleh kehidupan kekal” 2 Nefi 3119–20. Kita masing-masing bertanggung jawab di hadapan Allah untuk belajar dan menaati perintah-perintah-Nya serta menjalankan Injil. Kita akan dihakimi menurut tindakan kita, keinginan hati kita, dan jenis orang seperti apa kita telah menjadi. Sewaktu kita menjadi pengikut sejati Yesus Kristus, kita mengalami perubahan hati yang hebat dan “tidak memiliki lagi watak untuk melakukan yang jahat” Mosia 52; lihat juga Alma 512–15; Moroni 1032–33. Sewaktu kita menjalankan Injil Yesus Kristus, kita tumbuh baris demi baris, menjadi lebih seperti Juruselamat dalam mengasihi dan melayani orang lain. Peranan Pemimpin Gereja dan Guru Para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap serta guru berusaha untuk menolong orang-orang lain menjadi pengikut sejati Yesus Kristus lihat Mosia 1818–30. Untuk membantu individu dan keluarga dalam upaya ini, mereka Mengajar dan bersaksi mengenai ajaran-ajaran murni Injil Yesus Kristus. Memperkuat individu dan keluarga dalam upaya mereka untuk menaati perjanjian-perjanjian sakral mereka. Memberikan nasihat, dukungan, dan kesempatan untuk pelayanan. Selain itu, para pemimpin imamat tertentu memiliki wewenang untuk mengawasi pelaksanaan tata cara-tata cara imamat yang menyelamatkan. Membentuk Keluarga Kekal Keluarga adalah pusat dari rencana Allah, yang menyediakan suatu cara untuk melanjutkan hubungan keluarga hingga di balik kubur. Tata cara dan perjanjian sakral bait suci, yang ditaati dengan setia, menolong kita kembali ke hadirat Allah, dipersatukan secara kekal bersama keluarga kita. Suami dan Istri Permuliaan di tingkat tertinggi kerajaan selestial dapat dicapai hanya oleh mereka yang telah dengan setia menjalankan Injil Yesus Kristus dan dimeteraikan sebagai pasangan kekal. Pemeteraian suami dan istri untuk waktu fana dan kekekalan melalui wewenang imamat—juga dikenal sebagai pernikahan bait suci—adalah hak istimewa dan kewajiban sakral yang hendaknya diupayakan semua orang untuk diterima. Itu adalah landasan keluarga kekal. Sifat roh laki-laki dan perempuan membuat mereka saling melengkapi. Pria dan wanita dimaksudkan untuk maju bersama menuju permuliaan. Tuhan telah memerintahkan para suami dan istri untuk mengikatkan diri satu sama lain lihat Kejadian 224; A&P 4222. Dalam perintah ini, kata mengikatkan diri berarti sepenuhnya mengabdikan diri dan setia kepada seseorang. Pasangan yang sudah menikah mengikatkan diri kepada Allah dan satu sama lain dengan saling melayani dan mengasihi serta dengan menaati perjanjian-perjanjian dalam kesetiaan penuh kepada satu sama lain dan kepada Allah lihat A&P 2513. Satu pasangan harus menjadi satu dalam membentuk keluarga mereka sebagai dasar suatu kehidupan yang saleh. Para suami dan istri Orang Suci Zaman Akhir meninggalkan kehidupan lajang mereka dan membangun pernikahan mereka sebagai prioritas utama dalam kehidupan mereka. Mereka tidak memperkenankan orang atau kepentingan lain memiliki prioritas yang lebih besar dalam kehidupan mereka daripada menaati perjanjian-perjanjian yang telah mereka buat dengan Allah dan satu sama lain. Meskipun demikian, pasangan suami istri terus mengasihi dan mendukung orangtua dan saudara mereka sambil memusatkan perhatian pada keluarga mereka sendiri. Dengan cara serupa, orangtua yang bijak menyadari bahwa tanggung jawab keluarga mereka berlanjut sepanjang kehidupan dalam semangat kasih dan dorongan. Menjadi satu dalam pernikahan menuntut kemitraan penuh. Sebagai contoh, Adam dan Hawa bekerja bersama, berdoa dan beribadat bersama, mempersembahkan kurban bersama, mengajarkan Injil kepada anak-anak mereka bersama, dan berduka nestapa bersama atas anak-anak yang tidak patuh lihat Musa 51, 4, 12, 27. Mereka dipersatukan kepada satu sama lain dan kepada Allah. Orangtua dan Anak “Perintah pertama yang Allah berikan kepada Adam dan Hawa berkaitan dengan potensi mereka untuk menjadi orangtua, sebagai suami dan istri .… Perintah Allah bagi anak-anak-Nya untuk beranak cucu dan memenuhi bumi tetap berlaku” “Keluarga Pernyataan kepada Dunia”. Melalui rancangan ilahi, baik pria maupun wanita perlu mendatangkan anak-anak ke dalam kefanaan dan menyediakan lingkungan terbaik untuk membesarkan dan mengasuh anak-anak. Pemantangan seksual yang sepenuhnya sebelum pernikahan dan kesetiaan mutlak dalam pernikahan melindungi kekudusan dari tanggung jawab sakral ini. Orangtua serta para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap hendaknya melakukan segala yang dapat mereka lakukan untuk memperkuat ajaran ini. Mengenai peranan ayah dan ibu, para pemimpin Gereja telah mengajarkan “Para ayah harus memimpin keluarga mereka dalam kasih dan kebenaran serta bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan hidup dan perlindungan bagi keluarga mereka. Para ibu terutama bertanggung jawab bagi pengasuhan anak-anak mereka. Dalam tanggung jawab kudus ini, para ayah dan ibu berkewajiban untuk saling membantu sebagai pasangan yang setara” “Keluarga Pernyataan kepada Dunia”. Apabila tidak ada ayah di rumah, ibu mengetuai keluarga. Orangtua memiliki tanggung jawab yang ditetapkan secara ilahi “untuk membesarkan anak-anak mereka dalam kasih dan kebenaran, memenuhi kebutuhan fisik dan rohani mereka, dan mengajar mereka untuk saling mengasihi dan melayani, mematuhi perintah-perintah Allah, dan menjadi penduduk yang mematuhi hukum di mana pun mereka tinggal.” “Keluarga Pernyataan kepada Dunia”; lihat juga Mosia 414–15. Orangtua yang bijak mengajar anak-anak mereka untuk menerapkan kuasa Pendamaian yang menyembuhkan, memperdamaikan, dan memperkuat dalam keluarga mereka. Sama seperti dosa, kelemahan fana, luka emosional, dan amarah adalah kondisi yang memisahkan anak-anak Allah dari-Nya, kondisi yang sama ini dapat memisahkan anggota keluarga satu sama lain. Setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab untuk berjuang bagi kesatuan keluarga. Anak-anak yang belajar berjuang bagi kesatuan di rumah akan mendapatinya lebih mudah untuk melakukannya di luar rumah. Anggota Gereja yang Belum Menikah Semua anggota, bahkan jika mereka belum pernah menikah atau tanpa keluarga dalam Gereja, hendaknya berusaha untuk memperoleh kehidupan ideal dalam sebuah keluarga kekal. Ini berarti mempersiapkan diri menjadi pasangan yang layak dan ayah atau ibu yang penuh kasih. Dalam sebagian kasus berkat-berkat ini tidak akan digenapi sampai kehidupan yang akan datang, tetapi tujuan terakhir adalah sama bagi semua orang. Para anggota setia yang keadaan mereka tidak memungkinkan mereka untuk menerima berkat-berkat pernikahan kekal dan menjadi orangtua dalam kehidupan ini akan menerima semua berkat yang dijanjikan dalam kekekalan, asalkan mereka menaati perjanjian-perjanjian yang mereka buat dengan Allah. Rumah Tangga dan Gereja Dalam ajaran dan praktik Injil yang dipulihkan, keluarga dan Gereja menolong serta memperkuat satu sama lain. Agar memenuhi syarat untuk berkat-berkat kehidupan kekal, keluarga perlu belajar ajaran-ajaran dan menerima tata cara-tata cara imamat yang tersedia hanya melalui Gereja. Agar menjadi organisasi yang kuat dan vital, Gereja memerlukan keluarga-keluarga yang saleh. Allah telah mengungkapkan sebuah pola kemajuan rohani bagi individu dan keluarga melalui tata cara, ajaran, program, dan kegiatan yang berpusat di rumah serta didukung Gereja. Organisasi dan program Gereja ada untuk memberkati individu dan keluarga serta bukan demi program dan organisasi semata. Para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap serta guru berupaya untuk membantu orangtua, bukan untuk menggantikan atau mengambil tempat mereka. Para pemimpin imamat dan organisasi pelengkap harus berikhtiar untuk memperkuat kesakralan rumah tangga dengan memastikan bahwa semua kegiatan Gereja mendukung kehidupan individu dan keluarga. Para pemimpin Gereja perlu berhati-hati untuk tidak membebani keluarga-keluarga dengan terlalu banyak tanggung jawab Gereja. Orangtua dan para pemimpin Gereja bekerja bersama untuk menolong individu dan keluarga kembali kepada Bapa kita di Surga dengan mengikuti Yesus Kristus. Memperkuat Rumah Tangga Pengikut Yesus Kristus diundang untuk “berkumpul,” “berdiri di tempat-tempat kudus,” dan “tidak berpindah” A&P 4532; 878; 10122; lihat juga 2 Tawarikh 355; Matius 2415. Tempat-tempat kudus ini meliputi bait suci, rumah, dan gedung gereja. Kehadiran Roh dan perilaku mereka di dalam bangunan-bangunan fisik inilah yang membuatnya menjadi “tempat-tempat kudus.” Di mana pun para anggota Gereja tinggal, mereka hendaknya menegakkan sebuah rumah di mana Roh hadir. Semua anggota Gereja dapat melakukan upaya untuk memastikan bahwa tempat tinggal mereka menyediakan tempat perlindungan dari dunia. Setiap rumah di Gereja, besar atau kecil, dapat menjadi “rumah doa, rumah puasa, rumah iman, rumah pembelajaran, rumah kemuliaan, rumah ketertiban, rumah Allah” A&P 88119. Para anggota Gereja dapat mengundang Roh ke dalam rumah mereka melalui cara-cara sederhana seperti hiburan yang sehat, musik yang baik, dan karya seni yang mengilhami contohnya, lukisan Juruselamat atau sebuah bait suci. Sebuah rumah dengan orangtua yang penuh kasih dan setia adalah tempat di mana kebutuhan rohani dan jasmani anak-anak terpenuhi dengan paling efektif. Rumah yang terpusat kepada Kristus memberikan kepada para orang dewasa dan anak-anak sebuah tempat untuk pertahanan melawan dosa, perlindungan dari dunia, penyembuhan dari rasa sakit emosional dan lainnya, serta kasih yang diperbuat dan tulus. Orangtua selalu telah diperintahkan untuk membesarkan anak-anak mereka “di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” Efesus 64; Enos 11 dan “dalam terang dan kebenaran” A&P 9340. Presidensi Utama menyatakan “Kami meminta para orangtua untuk membaktikan upaya-upaya terbaik mereka untuk mengajarkan dan membesarkan anak-anak mereka dalam asas-asas Injil yang akan mempertahankan mereka dekat dengan Gereja. Rumah adalah dasar dari suatu kehidupan yang saleh, dan tidak ada perantaraan lain yang dapat mengambil tempatnya atau memenuhi fungsi penting dalam membawa ke depan tanggung jawab yang diberikan Allah ini. Kami menasihati para orangtua dan anak-anak untuk memberikan prioritas tertinggi bagi doa keluarga, malam keluarga, penelaahan dan pengajaran Injil, dan kegiatan-kegiatan keluarga yang sehat. Betapa pun layak dan pantasnya tuntutan atau kegiatan lain, itu tidak boleh diizinkan untuk menggantikan tugas-tugas yang ditetapkan secara ilahi yang hanya orangtua dan keluarga dapat lakukan secara memadai” Surat Presidensi Utama, 11 Februari 1999. Orangtua memiliki tanggung jawab utama untuk membantu anak-anak mereka mengenal Bapa Surgawi dan Putra-Nya, Yesus Kristus lihat Yohanes 173. Para ayah dan ibu Orang Suci Zaman Akhir telah diperintahkan untuk mengajarkan ajaran Injil, tata cara, perjanjian, dan cara hidup yang saleh kepada anak-anak mereka lihat A&P 6825–28. Anak-anak yang dibesarkan dan diajar dengan cara demikian lebih cenderung dipersiapkan pada usia yang tepat untuk menerima tata cara-tata cara imamat dan untuk membuat dan mematuhi perjanjian-perjanjian dengan Allah. Memperkuat keluarga adalah fokus program-program Gereja yang diilhami seperti pengajaran ke rumah lihat A&P 2047, 51, pengajaran berkunjung, dan malam keluarga. Sebagaimana dalam segala sesuatu, Yesus memberikan teladan dengan memasuki rumah-rumah untuk melayani, mengajar, dan memberkati lihat Matius 814–15; 910–13; 266; Markus 535–43; Lukas 1038–42; 191–9. Malam Keluarga Para nabi zaman akhir telah menasihati para orangtua supaya mengadakan malam keluarga mingguan untuk mengajarkan Injil kepada anak-anak mereka, memberikan kesaksian mengenai kebenarannya, dan memperkuat kesatuan keluarga. Para pemimpin pasak dan lingkungan harus memastikan hari Senin malam bebas dari semua pertemuan dan kegiatan Gereja sehingga malam keluarga dapat diadakan. Malam keluarga dapat mencakup doa keluarga, petunjuk Injil, berbagi kesaksian, nyanyian pujian dan lagu-lagu Pratama, serta kegiatan rekreasi yang sehat. Untuk informasi mengenai menggunakan musik di rumah, lihat Sebagai bagian dari malam keluarga, atau secara terpisah, orangtua juga dapat mengadakan dewan keluarga secara berkala untuk menetapkan gol-gol, menuntaskan persoalan, mengoordinasi jadwal, serta memberikan dukungan dan kekuatan kepada anggota keluarga. Malam keluarga adalah waktu keluarga yang sakral dan pribadi di bawah arahan orangtua. Para pemimpin imamat hendaknya tidak memberikan arahan mengenai apa yang hendaknya dilakukan keluarga selama waktu ini. Memperkuat Individu Para pemimpin Gereja hendaknya memberikan perhatian khusus kepada individu-individu yang saat ini tidak menikmati dukungan dari keluarga anggota Gereja yang kuat. Para anggota ini dapat mencakup anak-anak dan remaja yang orangtua mereka bukan anggota Gereja, individu-individu lain yang berada dalam keluarga yang hanya memiliki anggota Gereja sebagian, dan dewasa lajang segala usia. Mereka adalah anggota perjanjian dari keluarga kekal Allah, secara mendalam dikasihi oleh-Nya. Individu-individu ini hendaknya diberi kesempatan untuk melayani di Gereja. Gereja dapat menyediakan hubungan sosial dan penemanan yang sehat yang tidak dapat ditemukan para anggota ini di tempat lain. Setiap anggota Gereja adalah sama berharganya dengan setiap orang lainnya. Rencana kekal Allah menyediakan bagi semua anak-Nya yang setia untuk menerima setiap berkat kehidupan kekal, dipermuliakan dalam keluarga selamanya.RencanaAllah untuk menjadikan keluarga sebagai wadahNya telah ditetapkan bakan sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Sampai hari ini, rencana Tuhan bagi setiap pasangan Kristen adalah agar pasangan tersebut menghasilkan anak-anak Tuhan yang memiliki rasa tanggung jawab atas ciptaanNya. 3. Kesatuan, keintiman dan persahabatan